Berita  

Transportasi Perintis Jadi Solusi Vital Pemulihan Daerah Terdampak Bencana di Sumatra

Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno (instagram @djoko_setijowarno)
Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno (instagram @djoko_setijowarno)

JAVANEWS.ID – Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno menegaskan pentingnya peran transportasi perintis dalam mendukung pemulihan daerah terdampak bencana di Sumatra.

Menurutnya, alokasi APBN harus segera diarahkan untuk layanan transportasi perintis, baik untuk orang maupun barang, yang tersedia sejak fase darurat, transisi, hingga pemulihan.

Berdasarkan data BNPB hingga Senin 8 Desember 2025 pukul 19.00 WIB, bencana alam di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat telah melanda 52 pemerintah daerah. Catatan menunjukkan:

  • 961 orang meninggal dunia
  • 293 jiwa hilang
  • 5.000 lebih korban luka-luka
  • 157.000 rumah rusak
  • 1.200 fasilitas umum rusak, termasuk 199 fasilitas kesehatan, 234 fasilitas pendidikan, 425 tempat ibadah, 234 gedung/kantor, dan 497 jembatan

Selain itu, ratusan hingga ribuan kendaraan bermotor hilang tersapu banjir, termasuk kendaraan umum yang sangat vital untuk mobilitas warga dan distribusi kebutuhan pokok.

Djoko menekankan bahwa ketiga provinsi terdampak bencana telah memiliki basis jaringan transportasi perintis yang mapan, sesuai Keputusan Dirjen Perhubungan Darat Nomor KP-DRJD 5958 Tahun 2024.

  • Aceh: 12 trayek, termasuk Sinabang – Sibigo (188 km), Meulaboh – Woyla (108 km), hingga Kuala Simpang – Tenggulun (86 km).
  • Sumatra Utara: 9 trayek, termasuk Gunung Sitoli – Teluk Dalam (226 km), Lahewa – Afulu (54 km), hingga Pematang Raya – Raya Bosi (22 km).
  • Sumatra Barat: 7 trayek, termasuk Tapan – Painan (270 km), Padang Aro – Uluh Sulti (124 km), hingga Tua Pejat – Sioban (90 km).

Jaringan ini dapat segera diaktifkan untuk mendukung mobilitas pasca bencana.

Transportasi perintis berfungsi sebagai urat nadi sementara yang memastikan konektivitas dasar tetap berjalan. Manfaatnya antara lain:

  • Menjangkau desa terpencil yang jalurnya terputus akibat kerusakan jalan dan jembatan.
  • Menjaga stabilitas harga dengan memastikan pasokan barang pokok tetap tersedia.
  • Memberikan layanan angkutan gratis bagi warga agar mobilitas kembali normal: bekerja, bersekolah, mengakses pasar, dan mengangkut hasil bumi.
  • Menjadi angkutan sekolah sementara bagi siswa yang sekolahnya rusak.
  • Memastikan akses masyarakat ke fasilitas kesehatan yang tersisa.

Djoko menekankan bahwa layanan perintis yang stabil bukan hanya soal logistik, tetapi juga memberikan rasa aman, normalisasi, dan mengurangi trauma masyarakat pasca bencana.