JAVANEWS.ID – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menegaskan komitmennya untuk menjadi penopang utama swasembada garam nasional sebagaimana diamanatkan Presiden Prabowo melalui Perpres No.17 Tahun 2025.
Komitmen ini disampaikan dalam kegiatan Temu Aktor bertajuk “Kolaborasi Menuju Kebangkitan Industri Garam di Jawa Tengah untuk Kesejahteraan Rakyat”, Kamis 4 Desember 2025, di Auditorium FISIP Universitas Diponegoro.
Acara tersebut mempertemukan berbagai pihak, mulai dari Pemprov Jateng, DPD RI, Universitas Diponegoro, BUMD PT SPJT, hingga pemerintah kabupaten/kota, koperasi garam, perguruan tinggi, BPOM, organisasi keagamaan, dan komunitas petambak garam.
Potensi Garam Jateng Masih Terabaikan
Anggota DPD RI, Abdul Kholik, menilai potensi garam di Jawa Tengah selama ini belum tergarap maksimal. Padahal, garam bisa menjadi produk unggulan yang menopang ekonomi daerah.
Ia menyoroti penurunan jumlah petambak garam yang cukup drastis, dari 13.260 orang pada 2020 menjadi hanya 6.420 orang pada 2024.
“Optimalisasi produksi, peningkatan teknologi, hilirisasi industri, dan pemberdayaan petambak harus segera dilakukan. BUMD Jateng perlu fokus mengembangkan industri garam, baik di pantai utara maupun selatan,” tegasnya.
Kontribusi Jateng 31,26% Produksi Nasional
Dinas Perikanan dan Kelautan Jateng melalui Lilik Harnadi memaparkan bahwa Jawa Tengah sudah memiliki payung hukum kuat untuk pengembangan industri garam. Berdasarkan uji sampel lima tahun terakhir, kualitas garam petambak semakin meningkat. Saat ini, Jawa Tengah mampu menyumbang 31,26% terhadap produksi garam nasional.
PT SPJT Siap Jadi Pemain Utama
Direktur Utama PT SPJT, Untung Juanto, menyebut kebutuhan garam nasional mencapai 5 juta ton per tahun, sementara produksi baru mampu memenuhi sekitar 30 persen.
PT SPJT saat ini memiliki pangsa pasar 4.500 ton per bulan, namun kapasitas produksi pabrik di Pati baru 2.000 ton per bulan.
Untuk memperkuat kapasitas, PT SPJT berencana membangun pabrik garam baru di Brebes pada 2026.
Produk garam yang dihasilkan sudah memenuhi standar SNI, sertifikat halal, bahkan mampu menghasilkan garam dengan mesh 100 seperti tepung. PT SPJT juga akan memperkuat kemitraan dengan koperasi dan petambak garam.
Dukungan Perguruan Tinggi
Dari sisi akademik, Prof. dr. Zulfa Juniarto dari LPPM Undip menegaskan kesiapan kampus dalam mendukung teknologi produksi garam.
Undip akan mengembangkan teknologi mekatronika untuk memilah cemaran kotoran secara otomatis, meningkatkan efisiensi, serta mendampingi petambak dalam pengolahan air residu.
Sementara itu, Prof. Bulan Prabawani, Ph.D, Ketua SDGs Centre Undip, menekankan bahwa penguatan industri garam di Jawa Tengah akan mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir, ekonomi inklusif, dan pertumbuhan berkelanjutan.
Aspirasi Petambak
Masruri, petambak garam asal Demak, berharap pemerintah juga mengambil peran dalam pengendalian harga.
“Harga di tingkat petambak harus stabil agar memberikan keuntungan yang layak bagi kami,” ujarnya.












