17 Ton Kopi Grabag Magelang Tembus Pasar Dunia, Dubai Jadi Destinasi Perdana

ilustrasi biji kopi (pixabay/ indraprojects)
ilustrasi biji kopi (pixabay/ indraprojects)

JAVANEWS.ID – Sejarah baru tercatat di Kabupaten Magelang. Kopi asal Kecamatan Grabag resmi menembus pasar internasional setelah sebanyak 17 ton kopi jenis green bean dikirim ke Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).

Ekspor perdana ini dilepas langsung oleh Bupati Magelang, Grengseng Pamuji, di halaman Kantor Kecamatan Grabag, Kamis 27 November 2025.

Dalam sambutannya, Bupati Grengseng menegaskan bahwa ekspor ini bukan sekadar pengiriman komoditas, melainkan momentum kebangkitan kopi Magelang.

“Ekspor ini menjadi kebanggaan bagi seluruh petani kopi Kabupaten Magelang. Identitas kopi kita kini tercatat jelas di pasar global,” ujarnya.

Kopi di Grabag telah dibudidayakan sejak masa kolonial Belanda dan diwariskan lintas generasi.

Saat ini, luas lahan kopi di Grabag mencapai 1.200 hektare, menjadikannya salah satu sentra terbesar di Magelang.

Grengseng berharap ekspor perdana ini menjadi langkah awal peningkatan daya saing kopi lokal.

“Mulai hari ini, kopi Grabag tidak lagi hanya dikonsumsi lokal, tetapi hadir di panggung dunia. Ini baru langkah pertama,” tegasnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang, Romza Ernawan, menyebut Magelang memiliki potensi kopi unggulan dengan dua varietas dominan: Robusta dan Arabika.

  • Total lahan kopi: lebih dari 3.000 hektare
  • Robusta: 2.136 hektare, produksi 2.006 ton/tahun
  • Arabika: 875 hektare, produksi 112 ton/tahun

Robusta banyak ditanam di Grabag, Windusari, Tempuran, Borobudur, hingga Srumbung.

Sedangkan Arabika tumbuh optimal di dataran tinggi lebih dari 1.000 mdpl seperti Ngablak, Pakis, dan Sawangan.

“Kecamatan Grabag menjadi sentra terbesar dengan produksi 1.743 ton per tahun. Ekspor ini bukti kualitas kopi kita diakui dunia,” jelas Romza.

Ekspor perdana ini juga didukung program nasional UPLAND Komoditas Kopi 2025–2026, yang menetapkan Grabag sebagai lokasi prioritas seluas 800 hektare dengan anggaran Rp18,96 miliar.

Program ini melibatkan 27 kelompok tani dan 1.732 petani dari delapan desa.

Bantuan yang diberikan mencakup sarana produksi, mesin pulper, mesin huller, solar dryer, kendaraan operasional, hingga pelatihan barista. Petani juga memperoleh akses microfinance senilai Rp3,75 miliar, dengan tahap awal Rp1,075 miliar.

Untuk memperkuat tata niaga, dibentuk Koperasi Produsen Lereng Kelir sebagai mitra utama petani dalam menjaga mutu, penyerapan hasil panen, hingga akses pemasaran ekspor.